Pertumbuhan e-commerce sekarang ini tergolong dahsyat. Pertumbuhan yang sangat cepat ini karena masyarakat sudah menempatkan e-commerce sebagai gaya hidup. Bahkan ada yang menganggap, jika tidak ikut berbelanja online dinilai ketinggalan jaman.

Valuasi bisnis e-commerce sebagai bagian dari industri kreatif juga mencapai nilai yang fantastis. Hasil riset yang diprakarsai oleh Asosiasi E-commerce Indonesia (idEA), Google Indonesia, dan TNS (Taylor Nelson Sofres) memperlihatkan bahwa tahun 2013, nilai pasar e-commerce Indonesia mencapai 8 miliar dolar AS atau setara 94,5 triliun rupiah.

Dan pada 2016 diprediksi naik tiga kali lipat menjadi 25 miliar dolar AS atau sebesar 295 triliun rupiah. Potensi ini dibarengi dengan jumlah pengguna internet yang mencapai angka 82 juta orang atau sekitar 30 persen dari total penduduk di Indonesia.

Dari sisi penyedia jaringan, untuk mendukung ekonomi digital dan aplikasi industri kreatif, operator telekomunikasi juga telah berkomitmen memberikan platform digital untuk mendukung bisnis logistik, jasa keuangan, dan e-commerce.

“Intinya, platform e-commerce dan teknologi digital dapat membuka kesempatan yang luas bagi para pengusaha di Indonesia, terutama pengusaha kecil, untuk mengembangkan usahanya dan mewujudkan apa yang kami sebut sebagai Indonesian Dream,” tutur Daniel Tumiwa, ketua umum idEA, belum lama ini.

Berdasarkan data Kominfo, transkasi bisnis secara digital pada 2016 diperkirakan akan ada 8,7 juta pembeli, atau naik dari 7,4 juta di tahun 2015. Sementara jumlah pengguna internet di Indonesia pada 2015 diprediksi mencapai 93,4 juta naik ketimbang 2014 sebanyak 88,1 juta pelanggan.

Tingginya pembeli secara online ini karena bisnis e-commerce di Indonesia memiliki beragam segmen, dari online retail, marketplace, daily deals, classified ad, price comparison, travel, sistem pembayaran, logistik, keuangan, dan lain-lain.

Bahkan, Head of Mass Media Relations JNE Idham Azka mengakui bahwa pertumbuhan e-commerce dan industri kreatif membuka kesempatan bagi perusahaan logistic untuk turut memberikan kontribusi dalam proses pengiriman. “Penguatan bisnis di industrf kreatif  menjadi daya dorong yang baik secara bisnis di segmen logistik,” terang Idham di Jakarta, belum lama ini.

Idham menambahkan, makin menjamurnya bisnis e-commerce di Indonesia, ditangkap sebagai peluang besar oleh jasa pengiriman JNE. Perusahaan jasa pengiriman yang sudah berdiri 25 tahun itu pun akan mulai fokus untuk mendukung e-commerce.

Salah satu upaya yang dilakukan pihak JNE adalah dengan menyiapkan berbagai aplikasi IT dalam mendukung bisnis e-commerse. Selain aplikasi untuk android, JNE terus membenahi website sehingga lebih mudah dimengerti pelanggan.

“Pelaku bisnis e-commerce sendiri mendominasi pelanggan kami. Sekitar 70 persen pelanggan berasal dari para pelaku bisnis jualan online, baik supplier maupun retailer,”  tambah Idham. Dengan pengembangan yang dilakukan di sektor IT, lanjutnya, diharapkan bisa makin memudahkan para pelanggan menggunakan jasa JNE.

Pada aplikasi tersebut, para pelanggan bisa mengetahui terkait pengecekan tarif, tracking trace, hingga layanan pick up barang langsung ke lokasi pelanggan. “Mudah-mudahan, aplikasi ini bisa selesai di tahun ini dan menjadi hadiah ulang tahun JNE ke-25,” tegasnya.

Memasuki usia ke-25, JNE sendiri sudah memiliki lebih dari 5000 gerai di seluruh pelosok Indonesia dan siap melayani pengiriman barang serta paket ke seluruh Indonesia. Sekitar 250 gerai diantaranya berada di wilayah Jawa Barat. Selain di kota kabupaten, gerai-gerai JNE pun kini sudah menembus kota-kota kecamatan.

 

Penulis : Nuraeni

Sumber : https://www.kominfo.go.id/index.php/content/detail/6707/Jasa+Logistik+Melesat+di+Era+e-Commerce+/0/sorotan_media